Senin, 08 September 2008

DARI AYAM KE PANGGUNG

Pengalaman berikut mudah-mudahan bermanfaat.
Ketika masih kelas 1 STM, Saya dipilih oleh 90% anggota Karang Taruna Tunas Ilir desa tempat kelahiranku untuk menjadi ketua umum karang taruna. Sebelum pemilihan saya telah mempelajari kondisi organisasi pemuda ini, dan saya menyampaikan beberapa gagasan tentang perbaikan kondisi yang ada. Saat itu gagasan yang saya perkenalkan adalah mengubah kebiasaan mencari bantuan dana kepada donatur desa untuk menyelenggarakan acara kepemudaan, keagamaan, dan sebagainya menjadi menjual acara/kegiatan kepada masyarakat. Hal ini muncul, karena setiap penyelenggaraan kegiatan karang taruna, saya sering memperoleh tugas mencari donasi kepada donatur desa, dan sering juga mendengar keluhan, harapan mereka, yaitu : "kapan kami berhenti menyumbang uang kepada pemuda", "kalau tidak punya biaya, jangan buat acara/kegiatan".
Gagasan itu saya implementasikan, walau pada awalnya hanya diminati dan diikuti oleh 27 pemuda. Saya undang mereka untuk bermusyawarah tentang usaha-usaha mencari uang melalui organisasi dan untuk organisasi. Musyawarah ini menghasilkan kesimpulan bahwa 28 pemuda memulai beternak ayam kampung (bukan ras), modal awal usaha berasal dari setiap keluarga menyumbangkan sepasang ayam siap bertelur. Seusai musyawarah dengan para pemuda dilanjutkan bermusyawarah dengan para orangtua dari 28 pemuda tadi. Kesimpulannya, beternak ayam dimulai di pekarangan belakang rumah orangtua saya, 28 pemuda dikelompokkan menjadi 7 (tujuh) kelompok untuk bergilir menyelenggarakan peternakan ayam.
Produk dari usaha peternakan dipasarkan melalui 3 cara, pertama, setiap pekan para pedagang (keliling) ayam membeli dari peternakan karang taruna; kedua, setiap 45 hari produk dijual ke pedagang ayam di pasar dg harga pasar; dan ketiga, setiap warga desa yang memerlukan ayam datang dan membeli ke peternakan. Ke-28 pemuda bertugas juga sebagai tenaga pemasaran.
Usaha peternakan ini berjalan sampai 6 (enam) tahun. Selain menghasilkan biaya untuk berbagai kegiatan karang taruna, usaha ini telah memperkuat kas karang taruna sebesar 8 (delapan) juta rupiah. Perhitungan ini dilakukan saat usaha selesai, karena muncul pesaing yang tangguh.
Pada saat usaha peternakan ayam berjalan kira-kira 7 bulan, usaha lain diprogramkan dan dilaksanakan oleh karang taruna. Usaha tersebut adalah: 1) menanam turi di pematang sawah warga desa; 2) membentuk klub sepakbola; 3) membuat grup seni peran (teater, operet) dan tari serta musik dangdut.
Usaha-usaha tersebut diarahkan untuk menghasilkan pendapatan, baik bagi organisasi maupun untuk pelakunya.
Penanaman turi dilakukan 36 KM pematang sawah warga desa selama 100 hari. Bibit turi sejumlah 40.000 pohon diperoleh dari bantuan Kantor Departemen Pertanian Kabupaten Cirebon. Produk kayu turi dijual ke Perusahaan Pembuatan bata dan genteng. Hasilnya, dapat menambah kas karang taruna sebesar 6 (enam) juta rupiah.
Sambil menggelorakan olahraga, alhamdulillah Klub sepak bola terbentu dengan nama PORSEGI (Perserikatan Olahraga Sejahtera Gebangilir). Klub inipun pada akhirnya hampir setiap bulan disewa/dipanggil oleh masyarakat sekitar Kabupaten Cirebon. Setiap dipanggil klub memperoleh bayaran 150.000 - 250.000 rupiah.
Grup seni pun diarahkan sama untuk menghasilkan income pelaku dan organisasi, dengan cara manggung di hajatan atau acara-acara lainnya. Alhasil, diakhir kepengurusan saya (saya mundur, karena harus kuliah di Jakarta kemudian ke Bandung) karang taruna memiliki kas sekira 18 (delapanbelas) juta rupiah. Dan yang paling penting iklim kewirausahaan terbangun dan terkondisikan dengan baik.

1 komentar:

Unknown mengatakan...

Ada kontak yg bisa dihubungi mas ?