Selasa, 04 Mei 2010

MEMELIHARA ILMU MENUAI MANFAAT

PELIHARALAH ILMU

Saat kutulis tulisan ini suasana ujian nasional tengah dilaksanakan. Ujian nasional tingkat SMA dan SMP telah usai - tersisa ujian nasional tingkat SD yang baru menginjak haari ke-2.

Dulu saat aku masih usia SD, orangtuaku sering mengingatkan tentang menghafal pelajaran sekolah, karena dalam persepsinya sekolah adalah wadah para pelajar menghafal pelajaran. Hal itu tak salah. Karena hampir sebagian besar orang saat itu, termasuk para guru selalu mengingatkan muridnya untuk menghafal pelajaran.

Saat inipun suasana menghafal masih kental dilakukan oleh para pelajar, bisa jadi termasuk mahasiswa. Hal tersebut sebenarnya sangat merugikan dunia keilmuan - dunia pengembangan ilmu. Sebab ilmu hanya dihafalkan, ketika bertemu dengan permasalahan hidup-maka ilmu itu tidak bisa memecahkannya. Permasalahan tidak bisa hanya dipecahkan oleh hafalan.

Supaya kita mampu memecahkan masalah dalam kehidupan, maka ilmu yang kita hafal perlu dipelihara. Bagaimana memelihara ilmu? Minimal ada 4 (empat) tahap, yaitu : tahap pertama, menghafal ilmu, tahap kedua memikirkan, merasionalkan, melogikakan ilmu; tahap ketiga, meyakini ilmu (ikhlash menerima kebenarannya); dan tahap keempat, mengimplementasikan ilmu.

Senin, 03 Mei 2010

MAKSUD BAIK BERUJUNG KEMATIAN

MONYET DAN IKAN

Alkisah di hutan belantara berkumpullah sekelompok kera dan sekelompok ikan, yang satu sama lain saling bertetangga dan hidup tenteram. Setiap hari kera-kera mencari makan di dahan dan pohon-pohon yang tumbuh di pinggir aliran sungai. Pada aliran sungai inilah ikan-ikan hidup dan mencari makan. Kehidupan mereka rukun dan damai. Kelompok kera dan ikan selalu bertegur sapa satu sama lain, bercengkerama dan bersenda gurau.
Pada suatu saat, di musim hujan terjadilah hujan deras dan berlangsung lama, yang mengakibatkan banjir melanda sungai dan wilayah hutan tersebut. Para kera menyelamatkan diri dengan menetap di atas pohon dan dahan-dahan pohon yang berada di atas aliran banjir itu. Sementara para ikan berloncatan kegirangan karena banyaknya makanan yang terbawa air banjir itu. Dengan perhatian penuh para kera memperhatikan ikan-ikan yang berloncatan itu, dan dalam benaknya menganggap bahwa ikan-ikan itu sedang menghadapi bencana banjir, dan harus ditolong dengan segera. Terdorong rasa kesetiakawanan dan "perikehewanan" para kera menangkap ikan-ikan tersebut dan 'mengamankannya' di atas dahan selayaknya para kera mengamankan dirinya itu. Sesaat, para kera merasa gembira atas kesuksesannya menolong para ikan itu dari bencana banjir dan menempatkannya di atas dahan supaya aman. Akan tetapi, setelah beberapa saat.... para ikan yang 'diamankan' di atas dahan itu tidak bergerak. Maka...... bersedihlah para kera demi melihat teman-temannya tidak bergerak - diam - di atas dahan.
Setelah peristiwa itu......... senyaplah belantara itu.
Mengapa hal itu terjadi? Apa yang bisa kita pelajari dari kisah tersebut, dikaitkan dengan peluncuran program-program pemberdayaan masyarakat? Apakah kita sering berada pada posisi kera atau ikan ?................................SELAMAT MENCERMATI dan MENELAAH.